Fenomena Homeschooling
Homeschooling atau
sekolah rumah sekarang kerap menjadi bahan perbincangan hangat disekitar kita.
Ada yang karena sibuk, alas an ini berlaku bagi anak-anak yang bekerja seperti
artis, seniman, karateka, dan lainnya. Ada yang karena alas an bullying, tidak
mendapat lingkungan social yang baik, jenih dan alas an alas an lainnya. Namun
apakah homeschooling ini berdampak cukup baik bagi psikologis seorang anak?
Apakah cukup baik bagi perkembangan pendidikan kita?
Dari sumber yang ada,
diberitakan seorang anak bernama Gagah mengalami ketidaknyamanan dengan sekolah
formalnya. Ia berpindah ke homeschooling dan hasilnya memang lebih baik.
Menurut orang tuanya kini Gagah lebih ceria dan kreatif, berani dan inovatif.
Kedua orangtua Gagah kini sungguh mendukung pelaksanaan home schooling.
Dipandang dari psikologi
pendidikan, homeschooling berdasar pada learner centered dan
paham konstruktivisme. Dimana di homeschooling anak bebas menentukan
mata pelajaran, mereka anak searching dan ini sudah bermain dengan e-learning.
Diawasi oleh para tentor, mereka akan mencari dan mendapatkan informasi yang
banyak dan lebih intense daripada anak sekolah formal. Mereka ujian dan ulangan
lewat internet. Paham konstruktivisme dapat dilihat dari
bagaimana anak yang dibuat menjadi aktif dan terarah. Kondtruktif artinya
bersifat membangun, dengan keadaan serba sendiri anak akan membiasakan diri
untuk belajar lebih mandiri dan membagun potensi yang ada selama ini yang
kiranya tidak dapat tersalurkan secara maksimal disekolah formal.
Dari psikologi keluarga
mungkin kurang baik karena anak tidak biasa mengahadapi banyak kejadian layaknya
anak yang bersekolah formal. Anak anak homeschooling rata-rata akan menjadi
lebih tergantung pada keluarga mereka karena keluarga adalah lingkungan social
yang setiap saat ia temui. Anak juga akan kurang matang berhadapan
dengan keluarga lain yang jauh karena ia kurang besosialisasi. Walaupun di
homeschooling memang ada pertemuan sesekali , namun itu tidak mencukupi tugas
perkembangan mereka untuk beradaptasi dan mengenal banyak karakter. Dari
pamdangan lain, dukungan keluarga sangat mampu mensupport mereka yang mengalami
traumatis disekolah formal. Dengan dukungan kelularga untuk homeschooling ini
kepercayaan diri anak akan bangkit lagi , seperti cerita si Gagah.
Dari psikologi bimbingan
sekolah teori asimilasi untuk informasi homeschooling yang masuk ,ini bisa
digunakan. Orang tua Gagah mendapatkan informasi itu dan mencoba
menyeimbangkannya dengan kehidupan si Gagah. Ternyata memang cocok
homeschooling ini bisa mengurangi rasa ketidaknyamanan anaknya yang hadir
setiap ia bersekolah formal.
Obsesi Jadi Juara Kelas
Kalau dilihat dari sudut
pandang psikologi pendidikan, anak ini memiliki motivasi yang tinggi. Motivasi
merupakan suatu dorongan internal dalam diri yang mempengaruhi anak untuk
berpikir, merasa dan bertindak. Ketekunan dalam diri anak membuat dia sangat
antusias untuk menjadi sang juara. Dia juga memiliki motivasi internal. Dia
ingin menjadi juara kelas karena memang dia ingin, bukan karena ada reward yang
ia akan dapatkan ketika dia benar-benar mendapatkan tujuannya.
Dari pandangan
pendidikan keluarga pun dia sangat beruntung. Ibunya seorang guru dan ayahnya
seorang yang juga berpendidikan baik. Hal itu membuat proses pencapaian
tujuannya semakin lancar. Dari psikologi keluarga ini merupakan hal yang sangat
baik. Dia diberi disiplin yang benar-benar ia ikuti sehingga dapat mencapai
obsesinya.
Bimbingan belajar dalam
keluarga pun sangat berpengaruh. Dia didukung oleh cara didik kombinasi dari
kedua orangtuanya. Diberi jadwal belajar yang sangat baik sehingga memudahkan
proses belajarnya, walaupun sebenarnya memang dasar motivasinya yang baik.
Bimbingan sekolahnya pun juga akan sangat berpengaruh. Di sekolah dia keinginan
kuatnya ditangkap oleh sang guru yang juga sangat mendukungnya. Sampai-sampai
dia dijadikan perwakilan sekolah untuk olimoiade sains. Itu akan meningkatkan
keinginannya apalagi adanya suatu apresiasi yang sebenarnya tidak terlalu
dipedulikannya karena sudah adanya motivasi internal tadi.
Murid ‘Menamai’ Guru
Dari psikologi
pendidikan, sebenarnya hal yang paling mendasari anak 'menamai' gurunya adalah
karena cara mengajar guru yang kurang berkenan, masalah pribadi dengan guru,
juga bisa karena saking senangnya pada si guru. Julukan ini bisa saja dengan
berbagai macam, ada yang baik ada pula yang jelek. Tergantung apa alasan
ataupun imej yang selama ini melekat pada gurunya.Misalnya dia anak kesayangna
gurunya, dia juluki gurunya Ibu sayang atau Bapak sayang, misalnya gurunya
kejam dia panggil Nenek sihir. Bukankah ini suatu fenomena yang sering kita
temui di lingkungan sekolah. Hampir tiap guru di sekolah ataupun dosen di
kampus pasti punya 'nama cantik' nya masing-masing.
Psikologi pendidikan
keluarga melihat ini sebagai kegagalan keluarga mendidik anak untuk lebih menghargai
orang-orang sekitar. Guru mungkin pada awalnya tidak tahu mengenai hal ini,
namun sepandai-pandainya kita menyimpan bangkai pasti akan tercium jua. Guru
pasti akan mengetahui dan mengadu ke orangtua ataupun sebagainya.Ujung-ujungnya
pasti berimbas ke keluarga juga bukan. Dibilanglah orangtuanya yang tidak becus
mendidik anak, dibilang orangtuanya tidak memperhatikan anak, dan lain
sebagianya.
Dari sudut psikologi
bimbingan belajarnya sendiri, sebenarnya anak harus sering dibimbing di
sekolah. Ada Bimbingan Konseling di sekolah yang sangat berguna untuk murid.
Murid diarahkan untuk mengarahkan emosi dengan cara yang baik selain dengan
'menamai' guru nya. Walaupun nama yang diberi masih bagus-bagus saja seperti
Ibu Cantik, dan lain-lain. Tapi tetap saja nama dari orangtua adalah nama yang
paling baik untuk kita bukan?
Pendidikan Anak Indigo
Anak Indigo adalah anak yang unik.
Anak indigo juga biasanya disebuut dengan anak ungu,indigo jugalah sebutan
untuk warna ungubiru. Anak-anak Indigo sebagai generasi yang dilahirkan saat
ini, sebagian besar berumur 12 tahun atau lebih muda. Mereka berbeda. Mereka
memiliki karakteristik yang sangat unik yang membuat mereka terlihat berbeda
dari generasi anak-anak yang lain. Indigo sebagai sebuah sebutan menunjukkan
warna aura yang mereka bawa, yang mengindikasikan adanya chakra “Mata Ketiga”,
yang menunjukkan kemampuan Psychic dan ketajaman intuisi.Mereka adalah
anak-anak yang umumnya tidak mudah diatur oleh kekuasaan, tidak mudah
berkompromi, emosional dan beberapa diantaranya memiliki tubuh rentan, sangat
berbakat atau berkemampuan akademis baik dan mempunyai kemampuan metafisis.
Anak indigo ini memiliki sensitifitas yang sangat tinggi.
Anak indigo sering sekali dikatakan
“anak aneh” padahal pada kenyataannya adalah mereka mempunyai sesuatu yang
lebih dari anak-anak lain. Atau bahkan ada yang mengira anak indigo anak yang
mempunyai roh-roh halus didalamnya padahal pada kenyataannya anak indigo
mempunyai spiritualitas yg tinngi bukan berhubungan langsung dengan roh-roh
halus. Bahkan ada yang mengira ini adalah sebuah penyakit.
Pendidikan yang seharusnya didapati
anak indigo jika dilihat dari psikologi pendidikan adalah pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus. Seperti yang tertulis di atas bahwa anak indigo adalah
sesosok anak yang unik. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan
dengan anak lain ini, jelas memerlukan peran pendidikan yang khusus pula.
Misalnya dia lancer berbahasa Inggris dengan logat yang kental padahal dia
tidak dibesarkan di lingkungan itu. Nah, jadi walaupun dia berkelebihan dalam
bidang itu bukan berarti dia tidak harus sekolah, dia harus tetap sekolah
karena anak itu masih dalam tahap berkembang. Peran orangtuapun cukup penting
dalam hal ini. Anak- anak seperti ini tidak sedikit yang berkesusahan dalam
beradaptasi dalam lingkungan. Banyak anak berbakat yang tidak bisa menyesuaikan
diri dengan sekolah sehingga mereka dikatakan bermasalah seperti terkena Gangguan
Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder) atau autisme.
Dalam psikologi pendidikan di
pendidikan anak berkebutuhan khususlah anak indigo ini seharusnya ditempatkan
karena anak indigo adalah anak yang “khusus” jadi pendidikan dan cara
penyampaian pendidikannya harus tepat agar anak indigo merasa jauh lebih baik
dan juga peran orangtua dalam mendidik serta penyesuaian diri di dalam
lingkungannya sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar